Yogyakarta dan Solo tidak hanya terkenal dengan budayanya, tetapi juga terkenal dengan kulinernya. Kelezatan rasa manisnya di lidah membuat setiap masakannya selalu dicari dan dikangeni pencinta kuliner Nusantara.
Festival Kuliner Serpong (FKS) yang diadakan di halaman parkir Summarecon Mal Serpong, Gading Serpong, Banten, bisa sedikit mengobati rasa kangen itu. Festival yang berlangsung pada 27 Agustus hingga 22 September ini mengambil tema ”Jawa sing Ngageni”.
Bagi yang kangen dengan rasa otentik sego liwet Waroeng Wong Solo, misalnya, bisa menemukannya di festival ini, tidak harus jauh-jauh pergi ke Solo.
Nasi gurih yang dimasak dengan santan ini dilengkapi lauk opor ayam yang dagingnya disuwir. Selanjutnya, nikmati pedas manis sambal gorengnya. Lengkapi sajian ini dengan sayur labu siam, telur rebus, abon, dan areh, putih telur yang dimasak dengan santan dan sejumlah bumbu dapur. Rasa gurih dan manisnya benar-benar sangat menggoda lidah.
Jika ingin mencoba masakan khas Yogyakarta, cicipilah nasi gudeg Laminten. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan dari nangka muda yang dimasak dengan santan itu. Warna coklatnya biasanya berasal dari daun jati yang dimasak bersamaan dengan sayur nangka muda itu.
Gudeg ini dimakan bersama nasi putih. Rasanya menjadi lengkap jika dinikmati dengan kuah santan kental, ayam kampung, telur, tahu, dan sambal goreng krecek. Penyajiannya tergantung selera. Tinggal pilih, mau gudeg kering yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan Padang, atau menikmati gudeg basah yang disajikan dengan areh encer.
Belum kangen dengan masakan di atas, nikmatilah sate klathak Mak Adi yang sangat terkenal di Yogyakarta. Selain potongan daging kambingnya yang cukup besar, tusuk satenya pun unik, yakni berasal dari jeruji besi sepeda. Selanjutnya, sate dibakar dengan arang membara. Masakan yang rasanya sedikit asin ini cocok sekali disajikan tanpa sambal kecap.
Berbeda dengan sate kambing pada umumnya, sate klathak Mak Adi ini satu porsinya hanya dua tusuk. Namun, jangan salah, potongan dagingnya besar dan dalam satu tusukan ada banyak potongan daging kambing sehingga penikmat sate akan puas meski hanya makan dua tusuk.
Dagingnya yang empuk dan terasa sedikit garing membuat kita ingin terus menikmatinya. Semangkuk gulai yang disajikan melengkapi kenikmatan. Benar-benar mengundang selera.
Soto Bangkong yang berdiri sejak tahun 1950-an di Jalan Bangkong (Katamso), Semarang, menjadi salah satu menu terfavorit yang dilirik pengunjung festival. Suiran daging ayam, irisan tomat, taoge segar, bihun, serta taburan bawang putih dan bawang merahnya yang harum berhasil menggoda selera penggila kuliner.
Kuahnya yang bening agak kecoklatan dan sedikit manis itu jika diberi perasan air jeruk menjadi sangat segar saat dinikmati.
Pilihan lain adalah bebek goreng H Slamet, sate jamur Pak Gendut, tahu kupat Waroeng Wong Solo, serta pecel dan pindang daging ponorogo.
Ingin makanan yang ringan dan asli dari Solo? Berburulah camilan khas Solo yang ngangeni, yakni Srabi Notosuman Ny Handayani. Antrean panjang pengunjung terus terjadi di gerai ini. Mereka rela antre hingga setengah jam untuk mendapatkan kue tersebut.
”Untuk menjaga cita rasa, kelezatan, dan rasa otentik, makanan khas Jawa itu sengaja diboyong langsung dari tempat asalnya,” kata Direktur PT Summarecon Agung Tbk Soegianto Nagaria saat membuka FKS ketiga di Gading Serpong.
Sudah tiga tahun
General Manager Corporate Communication PT Summarecon Agung Tbk Cut Meutia mengatakan, FKS sudah tiga kali digelar dalam tiga tahun terakhir untuk menjawab keinginan pencinta kuliner Nusantara.
Tahun 2011, tema yang diangkat adalah ”Beauty of Bali”. Saat itu, pengelola menghadirkan berbagai menu masakan hingga oleh-oleh khas ”Pulau Dewata”.
Tahun ini mengambil tema ”Jawa sing Ngangeni” bermaksud menyapa pengunjung yang berasal dari kota-kota di Jawa, seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Ponorogo.
Festival dikemas sedemikian rupa sehingga benar-benar menghadirkan suasana Jawa. Ada area lesehan seperti di Malioboro, miniatur Tugu Yogyakarta, dan gerbang Keraton.
Sebagai pelengkap suasana, pengunjung juga dihibur dengan tembang dan gamelan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sundari Soekotjo dan Jogja Hiphop Foundation ikut menghibur pengunjung FKS.
Saat akan pulang, pengunjung juga bisa membeli oleh-oleh khas, seperti pernak-pernik dari Dagadu Djokdja, bakpia pathok, serta lumpia semarang.
sumber: www.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar